Bahas Stunting, Bupati Landak Minta OPD Terkait Segera Beraksi
Channeltujuh.com, NGABANG — Bupati Landak Karolin Margret Natasa meminta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait segera beraksi dalam percepatan pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi melalui delapan aksi konvergensi. Karolin mengatakan bahwa aksi dalam menurunkan stunting ini sudah menjadi program prioritas nasional tahun 2021 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
“Prevalensi atau proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik yang dalam jangka waktu tertentu tersebut tersebar di seluruh provinsi di Indonesia yang ditargetkan turun menjadi 14 persen ditahun 2024. Upaya percepatan penurunan ini menjadi salah satu proyek prioritas dan percepatan penurunan kematian ibu dan stunting masuk didalamnya,” ujar Karolin, di Ngabang, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, Rabu (1/13/21).
Dikatakan Karolin, intervensi spesifik dan sensitif telah dilakukan banyak namun kasus tersebut masih tinggi.
“Secara keseluruhan kasus stunting saat ini masih cukup tinggi. Hal ini dikarenakan belum adanya instrumen dalam bentuk kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi dalam penurunan stunting program disasaran penerima manfaat yaitu rumah tangga dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK),” terang Karolin.
Karolin juga mengatakan bahwa aksi konvergensi harus segera dilakukan oleh OPD terkait dalam menurunkan stunting dengan mengejar penurunan angka stunting di Kabupaten Landak.
“Aksi-aksi ini harus segera dilaksanakan seperti analisis situasi, rencana kegiatan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), kemudian rembuk stunting oleh sekretariat saerah dan Bappeda, peraturan tentang kewenangan desa serta pembinaan Kader Pembangunan Manusia (KPM) oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerinrah Desa (DPMPD), manajemen data oleh Bappeda, pengukuran dan publikasi stunting oleh dinas kesehatan dan terakhir evaluasi kinerja tahunan oleh sekretariat daerah bekerjasama dengan Bappeda,” tambah Karolin.
Seperti diketahui bahwa untuk wilayah Kabupaten Landak terdapat 17 desa lokus intervensi stunting yakni Desa Tonang, Desa Rantau Panjang, Desa Sungai Segak, Desa Sebangki, Desa Kumpang Tengah, Desa Agak, Desa Bengkawe, Desa Sungai Laki, Desa Ansolok, Desa Tembawang Bale, Desa Kelampai Setolo, Desa Meranti, Desa Ampadi, Desa Selange, Desa Moro Betung, Desa Tahu, dan Desa Bengawan Ampar.
Berdasarkan data anak usia bawah 2 tahun atau sekitar 0-24 bulan dalam kasus stunting Kabupaten Landak pada bulan Februari 2021 yang lalu, lanjut Karolin mengatakan secara keseluruhan ditemukan sebanyak 19,4 persen angka stunting dari 6.475 total anak yang diukur. Sedangkan berdasarkan data dari 16 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Landak tercatat wilayah Puskesmas Sompak memiliki angka persentase paling tinggi yakni 39,6 dan wilayah Puskesmas Jelimpo memiliki angka persentase terendah yakni 10,7.
“Data anak usia bawah lima tahun atau sekitar 24-60 bulan dalam kasus Stunting Kabupaten Landak di bulan Februari 2021 yang lalu secara keseluruhan ditemukan sebanyak 23,7 persen angka stunting dari 15.925 total anak yang diukur. Sedangkan berdasarkan data dari 16 Puskesmas di Kabupaten Landak tercatat wilayah Puskesmas Kuala Behe memiliki angka persentase paling tinggi yakni 41,3 dan wilayah Puskesmas Semata memiliki angka persentase terendah yakni 14,0,” tukas Karolin mengakhiri.*/
Laporan : Deckie